Kedewasaan _Resensi Novel “ Le Petit Prince ( Pangeran Cilik ) “ Karya Antoine deSaint-Exupery


Identitas Buku :
● Judul : Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
● Penulis : Antoine de Saint-Exupery
● Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
● Penerjemah : Henri Chambert-Loir
● Tebal Buku : 120 Hal
● Tahun Terbit : 2011

Novel Le Petit Prince atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Pangeran Kecil merupakan sebuah judul novel hasil karya dari Antoine de Saint-Exupéry. Antoine de Saint-Exupéry ia lahir di Lyon, Prancis, pada 29 Juni 1900 ia berasal dari kalangan keluarga bangsawan. Ia adalah seorang pilot yang pada tahun 1944 melayani Prancis dalam Perang Dunia II. Dan Latar belakangnya sebagai penerbang itulah yang membuat karya-karyanya juga bertemakan hal yang sama. Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1943 dengan menggunakan Bahasa Prancis. Saat ini novel tersebut menjadi salah satu novel yang paling fenomenal di dunia. Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 300 bahasa dan dialek, serta terjual lebih dari 140 juta salinan hingga saat ini.

Dari sampul, buku ini cukup sederhana, anak kecil berambut kuning berdiri di atas planet tempat ia tinggal dengan gunung api yang masih aktif dan tidak aktif, 4 tangkai bunga, sebatang pohon kering, semuanya lebih kecil darinya. Dia mungkin sedang menatap bintang, matahari, planet lain, dan mungkin bulatan kecil itu adalah bulan. ternyata itu memang tempat tinggalnya yang kecil, saking kecilnya ia pernah 43 kali melihat matahari terbenam dalam sehari.

Latar tempat di awal cerita, yakni Gurun Sahara. Gaya bahasa dalam novel ini memang terkesan sederhana sehingga mudah dipahami. Alur Alur yang digunakan pada novel Le Petit Prince adalah alur campuran karena peristiwa atau kejadian yang diceritakan tidak berurutan. 

Walaupun ditujukan seolah sebagai bacaan anak-anak, tetapi sebenarnya cerita ini disuguhkan untuk dibaca orang dewasa. Karena Pangeran Kecil memiliki makna filosofis dan idealis tentang kehidupan manusia dan masyarakatnya. Alasan lain Saint-Exupéry memberikan untuk dewasa karena semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak dan mereka perlu dihibur.

Dalam novel ini, Saint-Exupéry menceritakan tentang pertemuan tokoh utamanya, yaitu seorang pilot, dengan dengan seorang pangeran kecil dari luar angkasa, di tengah-tengah Gurun Sahara. Dalam percakapan mereka, sang penulis mengemukakan pandangannya tentang kesalahpahaman yang sering dilakukan oleh manusia dan kebenaran sederhana yang sering dilupakan oleh mereka seiring mereka bertambah dewasa.

Sinopsis

Novel ini menceritakan masa kecilnya di mana orang dewasa telah mematahkan
semangatnya untuk menjadi seorang pelukis. Terkadang orang dewasa melarang dan memerintahkan ini dan itu tanpa sadar akan dampaknya yang mungkin saja terbawa sampai anak itu besar nanti. Saat dewasa, tokoh Aku akhirnya jadi seorang penerbang yang kemudian pada bagian ke II buku ini pesawatnya jatuh di gurun di Afrika, di sinilah ia kemudian bertemu Pangeran Cilik yang tiba-tiba muncul dan memintanya mengambarkan domba. Tentunya agak sulit bagi ‘Aku’ untuk menggambarnya karena setelah peristiwa masa kecilnya tak pernah sekalipun ia melakukanya lagi. 

Setelah perkenalan mereka, sedikit demi sedikit cerita tentang asal-muasal Pangeran Cilik terkuak. Kisah tentang planet tempat tinggalnya. Kenapa ia meninggalkan tempat tinggalnya itu. Tempat-tempat yang ia singgahi sebelum mencapai bumi, mulai dari bertemu seorang raja, orang sombong, pemabuk, pengusaha, penyulut lentera, sampai bertemu ahli bumi yang masing-masing dari mereka tinggal di planetnya sendiri-sendiri. Dan memiliki watak sendiri-sendiri. Lalu Pangeran Cilik akhirnya sampai di Bumi, ia menggambarkan planet ini sangat menarik. Perjalanannya di atas bumi yang bertemu dengan ular berbisa, bunga berkelopak 3, naik gunung yang tinggi, bertemu 5 ribu mawar yang mirip dengan sebatang mawar yang ada di planetnya, “menjinakkan” rubah, bertemu tukang wesel kereta api dan, pedagang pil canggih.

Isu

Novel pangeran kecil ini mengambil perbedaan mendasar terhadap kebanyakan sikap orang dewasa yang hanya terpaku pada bentuk luar dari segala sesuatu, serta menghargai kehidupan berdasarkan materi dan status seseorang. Sedangkan anak-anak adalah sosok yang sederhana, terbuka untuk belajar hal baru, apa adanya, jujur serta selalu menghargai kehidupan yang sedang dijalaninya dengan kata lain selalu bersyukur. Maka dari perbedaan tersebut dapat ditarik garis bahwa ide dan tujuan utama novel ini adalah mengajarkan dan mengingatkan kembali tentang pentingnya mengambil sikap positif dari seorang anak yang selalu berfikir sederhana.

Sindiran penulis pada orang dewasa sangat realistis dan mungkin dapat kita rasakan pada diri kita sendiri. Penulis hendak menekankan bahwa menjadi dewasa itu bukan berarti menjadi terbiasa pula dengan segala hal. Kedewasaan bukan hanya dilihat dari kemampuan kita memahami ilmu-ilmu pasti. Kedewasaan yang sesungguhnya justru bisa kita dapatkan jika kita melihat dunia dengan polos dan apa adanya. 

Kelebihan

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari setiap bab pada novel ini, dan Ilustrasi yang disajikan juga mampu meningkatkan imajinasi kita sebagai seorang pembaca.

Kekurangan

Bahasanya sulit untuk dipahami dan tidak cocok untuk anak-anak. Karena mengandung makna tersirat yang harus di baca berulang-ulang agar mengerti pesan yang ingin disampaikan.

Ulasan

Ada pelajaran mendalam yang bisa dipetik dari sana. Seperti nasihat yang didapatkan
pangeran cilik dari seekor rubah, “Inilah rahasiaku. Sangat sederhana : hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata.”( Halaman 88). Kutipan ini mengajarkan pentingnya melihat segala sesuatu dengan tidak hanya melihat dari luarnya saja.

Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa hal sekecil apa pun yang kita dapat dengan usaha, akan jauh bernilai dari pada hal serupa yang berkuantitas banyak tetapi kita tidak pernah berusaha dan berkorban untuk suatu hal.

Dongeng karangan Saint-Exupéry ini akan membuat banyak orang dewasa yang
membacanya merasa tersindir dan sedikit berefleksi dengan kisah-kisah tentang kasih sayang, pengorbangan, dan nilai kehidupan. Maka dari itu, Le Petit Prince menjadi salah satu cerita yang penting untuk dibaca semua orang dewasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala.

Resensi Novel Roman “ATHEIS” Antara Keyakinan dan Agama Karya Achdijat Karta Miharja

Resensi Novel “Anak Semua Bangsa” Karya Pramoedya Ananta Toer